RAPI 7: Krisis Kesehatan Mental Menghantui Generasi Z Indonesia

 


Total pengisi kuisioner sebanyak 11 orang dengan rincian berikut: 


6 orang dari angkatan 2022, 4 orang dari angkatan 2023, dan 1 orang dari 2021. 

1. Berdasarkan artikel di atas, apa yang menyebabkan krisis kesehatan mental pada Generasi Z di Indonesia? 
Berikut beberapa jawaban dari responden. 
  • “Krisis kesehatan mental pada Generasi Z di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yang kompleks dan saling terkait. 
  • Pandemi COVID-19: Pandemi membawa dampak besar pada kesehatan mental, dengan peningkatan isolasi sosial, perubahan rutinitas, dan ketidakpastian yang memperburuk kondisi mental. 
  • Tekanan Sosial dan Akademik: Generasi Z menghadapi tekanan sering kali terpapar tuntutan untuk berprestasi secara akademis dan tekanan untuk menyesuaikan di, yang dapat menyebabkan stres. 
  • Media Sosial dan Teknologi, Penggunaan media sosial yang intens dan eksposur terhadap cyberbullying.”
  • “Cemas, pemusatan perhatian, depresi, stres pasca trauma.”
  • “Berdasarkan artikel tersebut beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap krisis kesehatan mental yang dialami Generasi Z di Indonesia yaitu tekanan akademik,penggunaan media sosial, perubahan iklim dan bencana alam serta pandemic covid-19 dan masalah identitas dan orientasi.”
  • “Dari artikel tersebut dikatakan bahwa hal yang menyebabkan krisis kesehatan mental pada generasi Z di Indonesia merupakan dampak buruk dari pandemi covid-19, menurut saya hal ini terjadi karena faktor ekonomi dan sosial, seperti yang kita tahu bahwa pada saat pandemi kehidupan masyarakat dibatasi (social distancing) hal ini membuat jangkauan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terbatas."

2. Bagaimana pandemi Covid-19 mempengaruhi masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia?
Berikut beberapa jawaban dari responden. 
  • “Meningkatnya tekanan pendidik, isolasi dirumah, meningkat penggunaan teknologi, buruknya masa depan, merasa berduka.”
  • “Pandemi COVID-19 memperburuk kesehatan mental remaja di Indonesia melalui isolasi sosial, tekanan akademik, ketidakpastian ekonomi, dan gangguan rutinitas. Ini menyebabkan lonjakan kecemasan, depresi, dan perilaku bunuh diri di kalangan Generasi Z.”
  • “Pandemi COVID-19 berdampak pada kesehatan mental remaja di Indonesia. Pembatasan sosial, pembelajaran jarak jauh, dan ketidakpastian ekonomi menyebabkan meningkatnya stres, kecemasan, dan depresi di kalangan remaja. Banyak remaja mengalami isolasi sosial, kurangnya interaksi tatap muka, dan kesulitan beradaptasi dengan perubahan cara belajar, yang dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian masa depan juga menambah beban psikologis.”
  • “Pembatasan sosial dan penutupan sekolah membuat remaja kehilangan interaksi sehari-hari dengan teman-teman dan guru. Isolasi ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, kecemasan, dan depresi.”

3. Bagaimana cara efektif untuk mendekati masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia?
Berikut beberapa jawaban dari responden. 
  • “Pendekatan yang efektif untuk menangani masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia memerlukan strategi yang holistik dan berkelanjutan, melibatkan berbagai sektor seperti keluarga, pendidikan, pemerintah, serta komunitas.”
  • “Mengatasi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia memerlukan peningkatan kesadaran melalui pendidikan, memperluas akses ke layanan kesehatan mental, menyediakan dukungan di sekolah, melibatkan keluarga, mengurangi tekanan akademik, mengembangkan kebijakan nasional yang mendukung, dan memanfaatkan teknologi. Pendekatan ini harus diterapkan konsisten untuk membantu remaja menghadapi tantangan mental mereka.”
  • “Berdasarkan data yang dipaparkan berita di atas bahwa dari penelitian mendapatkan hasil banyaknya remaja ingin melakukan percobaan bunuh diri, Sebenarnya yang perlu di perkuat adalah kedekatan antara remaja dengan keluarganya, terutama orangtua. Mengapa demikian? Sebab pada saat² masa remaja ini lagi mencari jati diri sehingga mereka sangat membutuhkan kasih sayang dan arahan dari orangtuanya agar selalu merasa aman dan nyaman. Dan juga keterbukaan anak remaja kepada orangtuanya juga sangat penting”

4. Bagaimana peran media sosial dalam mempengaruhi kesehatan mental Generasi Z? 
Berikut beberapa jawaban dari responden. 
  • “Media sosial sangat berpengaruh dalam kesehatan mental Gen-Z, perkembangan teknologi terkhusus pada media sosial yang mampu melampaui jarak dan waktu adalah salah satu penyebab utama terganggunya masalah kesehatan, keinginan untuk menjadi seperti idola mereka di media sosial, kehidupan orang lain yang 'mungkin' membuat mereka tertekan karena merasa tertinggal adalah sedikit alasan mengapa media sosial berdampak buruk bagi kesehatan mental Gen-Z.”
  • “Media sosial memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental Generasi Z. Media sosial dapat membantu remaja dalam menangani rasa kesepian karena sudah merasa terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas yang mendukung. Melihat penggunaan media sosial yang sangat marak sekarang, penyebaran edukasi mengenai kesehatan mental tentu sangat dimudahkan. Sehingga dalam kampanye kesejatan mental serta infromasi-informasi edukatif mengenai kesehatan mental dapat tersebarkan dengan cepat dan tepat.”
  • “(-) Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan, yang berujung pada gangguan tidur, kurangnya aktivitas fisik, dan menurunnya kualitas interaksi sosial di dunia nyata. Semua ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. 
  • (+) Generasi Z dapat dengan mudah mengakses informasi terkait kesehatan mental, termasuk tips mengatasi stres, cerita inspiratif, atau informasi mengenai layanan dukungan.”
  • “Media sosial, dengan segala kemudahannya dalam menghubungkan orang-orang, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi Z. Namun, di balik kemudahan itu, media sosial juga membawa dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan mental generasi muda ini.” 

5. Apa saja langkah yang bisa diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan akses layanan kesehatan mental serta di daerah daerah terpencil?
  • “Untuk meningkatkan akses layanan kesehatan mental terutama di daerah terpencil, pemerintah harus melakukan evaluasi dahulu terhadap apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana manfaatnya bagi masyarakat Indonesia, seperti yang kita tahu, kota-kota besar semakin maju tetapi desa-desa kecil semakin tertinggal, hal ini tentu didasari beberapa hal, seperti akses transportasi ke desa tersebut, jarak yang jauh, masyarakat daerah terpencil yang mungkin menolak kehadiran orang baru, kurangnya informasi, dan lain-lain. Pemerintah harus dapat memecahkan masalah ini jika ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045. Akses layanan kesehatan adalah hal utama yang harus diperjuangkan karena kesehatan adalag segalanya dengan ditunjang oleh ekonomi dan sosial yang mumpuni."
  • “Pemerintah dapat meningkatkan akses layanan kesehatan mental dengan membangun fasilitas di daerah terpencil, memperkenalkan telemedicine, melatih tenaga kesehatan lokal, mengedukasi masyarakat, menyediakan dana yang cukup, dan bermitra dengan organisasi lokal. Langkah-langkah ini akan memperluas jangkauan dan kualitas layanan kesehatan mental.”
  • “ Membangun atau memperbaiki fasilitas kesehatan mental di seluruh Indonesia, termasuk di daerah terpencil. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dapat diperkuat dengan menyediakan layanan kesehatan mental dasar.
  • Menyediakan jasa konseling di sekolah-sekolah
  • Tayangan atau iklan layanan masyarakat yang bersifat membangun kepercayaan diri Gen Z, membuat mereka merasa berarti, dan memberi kesempatan untuk menyalurkan bakat-bakat yang dimiliki agar tidak ada yang merasa sia-sia saat dilahirkan di dunia. Di daerah terpencil, pemerintah dapat mengirimkan tenaga pendidik maupun relawan yang akan membangkitkan semangat dalam menjaga kesehatan mental, serta dapat membentuk komunitas di daerah tersebut yang nantinya akan melanjutkan kegiatan-kegiatan positif terutama bagi kesehatan mental remaja.
  • Meningkatkan akses layanan kesehatan mental, terutama di daerah terpencil, merupakan tantangan besar namun sangat penting. Pemerintah memiliki peran krusial dalam mengatasi masalah ini.”


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama