RASA 7: Rindu di Bawah Bulan

 

Puisi/Sajak

"Janji Bulan"
Oleh Cindy Putri Maharani

Tidak semua malam punya bulannya, tapi sang bulan tetap setia bersama langitnya
Lihatlah lebih dekat, dengarlah lebih akrab
Maka kau akan paham, betapa malam mendekap dengan hangat

Tidak semua langit bersama birunya, katakan padanya untuk belajar menerima warna-warna lain
Mendung yang abu, senja yang jingga
Semua warna padanya cantik
Langit akan selalu cantik

Begitupun hidup, tak selama pahit yang dirasa ialah racun
Bisa jadi ia sebagai obat yang harus di tegak agar selamat


"Rindu Senja Kepada Bulan"
Oleh Cindy Putri Maharani

He said "The moon is beautiful isn't it?" but all I replied was "The moon is beautiful, it is, but.. the sunset is more beautiful isn't it?"

Pada akhirnya, memang tak ada abadi seperti yang dijanjikan senja dulu
Dan bulan
Bulan akan tetap ada walau sering tak nyata tanpa cahaya

Lantas apa yang ditunggu dari senja yang datang dan pergi sesuka hati? 
Bukankah lebih baik sang bulan duduk bersama bintang menunggu pagi?

Biarlah senja bersimbah darah dengan sendiri
Jika langit masih berbaik hati, kita bertemu di ujung laut dengan riang hati


Quotes

Oleh Hafifah 

"Di bawah sinar rembulan, rindu mengalun seperti melodi yang tak pernah henti, menyapa hati yang merindukan kehadiranmu."

"Bulan menjadi saksi, setiap malam rindu ini merayap perlahan, mendekap jiwa yang tak sabar untuk bertemu kembali."


Senandika

"Rindu dan Suara"
Oleh Arifa

Jika saja aku bisa meredam semua teriakan rindu yang mendadak punya suara itu, jika saja aku mampu untuk menjemputmu kembali ke dekapanku, jika saja aku punya kuasa untuk itu semua. Tapi ternyata tangan kecilku tak cukup mampu untuk bertarung melawan takdir tuhan.

Setitik rindu yang masih bertahan
Malam selalu identik dengan gelap, dan itu tak pernah berubah, hari terus berganti, jam semakin cepat berdetak, dan masih saja tak ada yang berubah, dan aku masih saja terjebak di gelap malam yg hanya di terangi oleh cahaya bulan purnama, aku masih disini memeluk dengan erat setiap kenangan yang ada, dan bahkan kamu mungkin tak sadar itu.


Cerpen

"Rindu yang Abadi"
Oleh Arifa

Hai, perkenalkan namaku Kejora, aku adalah Si Pemburu Jangkrik di komplek ku, yaaa setidaknya begitulah orang-orang menjuluki ku.

Malam ini seperti biasa aku pergi keluar rumah untuk sekedar mencari angin, aku sangat suka menghirup udara malam, mungkin karena itu aku mendapat julukan pemburu jangkrik, tapi ada yang berbeda dengan malam ini, tidak biasanya aku melihat anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun jongkok di pertigaan komplek ku, aku keheranan kenapa bisa ada anak kecil berkeliaran di malam hari. Karena penasaran aku mendekatinya dan ikut berjongkok, anak laki-laki itu menatapku, kami saling bertatap beberapa detik sebelum dia bertanya kepadaku,

"Kakak sedang apa disini?", itulah pertanyaan yang ingin aku lontarkan kepadanya tapi kenapa malah dia yang bertanya? bukankah lebih aneh dia yang berkeliaran di malam hari? aku menjawab "Sedang melihat mu, kamu kenapa malam-malam ada disini?"

Dia tanpa bicara menunjuk langit malam yang di taburi bintang dan bulan purnama. Aku berseru "Ohh kamu melihat bintang? kenapa jauh-jauh kesini? Bukankah kamu bisa melihatnya di depan rumah mu tidak perlu keluar komplek", "Jika aku melihat bintangnya di depan rumah pasti ayah akan sedih" "Kenapa ayahmu harus bersedih?" "Karena ayah pasti akan teringat ibu", aku terdiam beberapa detik mencoba memahami maksud dari anak laki-laki itu, tapi tak berselang lama dia mengatakan sesuatu yang membuat hatiku teriris. 

"Mamahku sudah di panggil tuhan 2 tahun lalu kak dan ayahku masih belum bisa melupakannya sama hal nya denganku, kata eyang mamah sekarang sudah berubah menjadi bintang-bintang yang ada di langit, karena itu jika aku rindu mamah aku selalu melihat langit malam", aku tidak peri dengan kata-kata yang baru saja terucap dari bibir anak laki-laki itu, anak sekecil ini ternyata sudah memiliki rindu yang abadi, rindu itu tidak pernah bisa hilang, karena orang yang dirindukannya tidak akan pernah kembali.


"Senja di Penghujung Cerita"
Oleh Jihan Ramadhani Fitri

Aku selalu menanti momen ketika Andi datang ke rumah sepupuku, Ardi, untuk mengerjakan tugas kelompok. Andi adalah teman sekelas Ardi, meskipun aku tidak pernah mengakuinya, aku selalu menyukai Andi. Ada sesuatu tentang dia yang membuatku tak bisa berpaling, meski dia adalah sosok yang cuek dan tampak tak peduli dengan sekelilingnya. 

Setiap kali mereka datang, aku berusaha tampak sibuk, padahal mataku selalu mengikuti gerak-gerik Andi dari kejauhan. Aku suka bagaimana dia dengan serius mengerjakan tugasnya, meski sering kali hanya menyimak percakapan mereka tanpa ikut bicara. Aku tahu, perasaanku ini mungkin hanya sekadar angan, karena Andi tak pernah melihatku seperti aku melihatnya.

Waktu berlalu dan kami semua akhirnya lulus dari SMA. Aku sempat berpikir bahwa momen-momen sederhana itu akan berakhir begitu saja tanpa ada kelanjutan. Namun, satu hari Ardi datang dengan kabar mengejutkan. Dia mengajakku untuk ikut liburan bersama, katanya untuk merayakan kelulusan. Aku tak menduga bahwa Andi juga akan ikut dalam liburan itu.

Ketika kami tiba di tempat liburan, suasana yang awalnya kaku perlahan mencair. Kami menghabiskan waktu bersama, mengobrol dan tertawa. Andi yang biasanya cuek, kali ini tampak lebih terbuka. Mungkin karena suasana liburan atau mungkin karena dia merasa lebih santai setelah kelulusan. Entahlah, yang jelas aku akhirnya bisa berbicara langsung dengannya.

Aku ingat saat kami duduk di pinggir pantai, menikmati senja yang perlahan menghilang di ufuk barat. Kami berbicara banyak hal, tentang rencana ke depan, impian, dan kenangan selama SMA. Ternyata, Andi adalah sosok yang asyik diajak bicara, meski dia masih menjaga jarak dalam banyak hal. Namun, di balik sikapnya yang dingin, aku melihat sisi dirinya yang penuh semangat dan ambisi.

Hari itu adalah salah satu hari terindah dalam hidupku. Kami tertawa bersama, bercanda, seolah dunia hanya milik kami. Aku berharap waktu bisa berhenti sejenak, agar momen ini bisa bertahan lebih lama. Tapi aku tahu, hari itu akan segera berakhir dan dengan itu, mungkin kebersamaan kami juga.

Ketika liburan usai, aku merasa berat untuk berpisah. Aku tahu Andi akan melanjutkan pendidikannya di Kota Hujan, jauh dari tempatku tinggal. Aku hanya bisa berharap bahwa pertemuan kami selama liburan ini akan menjadi kenangan yang manis baginya, seperti halnya bagiku.

Senja terakhir di pantai itu menjadi saksi bisu perasaanku yang selama ini tersimpan rapi. Aku tak pernah mengungkapkannya dan mungkin memang tak perlu. Bagiku, bisa menghabiskan waktu bersama Andi, meski hanya sebentar, sudah cukup.

Hari itu mungkin adalah hari perpisahan, tapi di dalam hatiku, aku menyimpan harapan kecil. Siapa tahu, di masa depan, jalan kami akan bertemu lagi. Hingga saat itu tiba, aku akan selalu mengenang Andi dan senja di penghujung cerita kami.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama