RASA 6: Mengejar Jejak Hari

 

Puisi

"Jejak di Pagi Hari"

Oleh Indah Dwi Lestari

Di ujung pagi yang sepi,  

Kita melangkah mengejar cahaya,  

Meninggalkan jejak di atas tanah basah,  

Mengiringi hari yang tak pernah kembali.


Setiap detik menjadi saksi,  

Dalam perjalanan yang tak bertepi,  

Meski bayangan terus berlari,  

Kita tetap setia mengejar mimpi.


Sajak

"Mengejar Waktu"

Oleh Indah Dwi Lestari

Hari berlalu,  

Jejaknya tak terjangkau,  

Kita terus berlari,  

Mengejar yang tak akan kembali.



Quotes

Oleh Anisa Calista Maharani

"Hiduplah dengan tekad untuk meninggalkan jejak positif. Jangan pernah ragu untuk mengubah arah bila diperlukan." 


"Kesuksesan adalah hasil dari keputusan yang tepat. Teruslah berusaha, karena perjalanan belum selesai."



Senandika

"Semangat Baru"

Oleh Khalista Atika Moury


Hari ini, Aku bangun dengan semangat yang baru dan tidak akan pernah menyerah lagi.

Menghadapi cahaya yang terbit di langit,

Aku melangkah dengan langkah yang kuat dan mengejar setiap impian.

Mengejar jejak yang telah di tinggalkan,

Dan membuat setiap harinya, menjadi sebuah kemenangan 


Setiap langkah, adalah petualangan 

Setiap pilihan, adalah keberanian 

Aku tidak takut lagi untuk mencoba

Karena setiap cobaan, adalah pelajaran 


Jadi mari kita mulai semuanya dari awal, dengan semangat yang tinggi,

Mengejar jejak, yang telah di tinggalkan.

Karena setiap hari adalah kesempatan,

Untuk mencapai impian, dan membuatnya menjadi kenyataan.



"Mimpi"

Oleh Khalista Atika Moury


Mimpi yang sudah lama terpendam,

Sekarang waktunya telah tiba.

Dengan tekad yang kuat dan hati yang bersemangat,

Aku akan mencapainya dengan penuh keyakinan.


Setiap langkah yang aku ambil,

Membawa aku lebih dekat ke tujuan.

Setiap tantangan yang aku hadapi,

Membuat aku semakin kuat dan semakin berani.


Mimpi yang sudah lama terpendam,

Sekarang sudah waktunya tiba.

Aku akan mencapainya dengan penuh keyakinan,

Dan membuatnya menjadi kenyataan.



Cerpen

"Jejak Langkah dalam Senja"

Oleh Wingsi Alfajri


Hujan turun perlahan di sore itu, membasahi jalan setapak yang dipenuhi oleh daun-daun kering. Awan kelabu menggantung rendah, seolah menutupi segala harapan yang pernah ada. Di bawah payung hitam yang usang, Raka melangkah dengan hati yang penuh kegelisahan. Ada sesuatu yang selalu ia kejar, namun entah mengapa, langkahnya selalu terasa tertinggal.


Sudah bertahun-tahun sejak kepergian Arini, sosok yang pernah menjadi pusat dunia Raka. Ia pergi tanpa jejak yang jelas, meninggalkan Raka dalam bayang-bayang kenangan yang selalu menghantuinya. Raka tak pernah bisa melupakan hari itu, senja di tepi pantai yang diiringi angin lembut, ketika Arini tersenyum untuk terakhir kalinya.


"Jejak kita hanya akan menjadi ingatan di pasir, Raka," kata Arini, suaranya lembut namun sarat makna. "Dan seperti pasir yang ditiup angin, jejak itu akan hilang. Tapi bukan berarti kita harus berhenti berjalan."


Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Raka, mengantarnya pada perjalanan panjang, mencari jawaban yang tak pernah ia temukan. Ia terus mencari jejak Arini, berharap bisa menghidupkan kembali kenangan mereka, atau setidaknya menemukan arti di balik kepergian yang tiba-tiba.


Setiap senja, Raka akan duduk di tepi pantai yang sama, memandang jauh ke cakrawala. Ia berharap angin akan membawakan kabar tentang Arini, atau setidaknya jejak samar yang bisa ia ikuti. Namun, waktu terus berjalan, meninggalkan Raka dalam kesendirian yang semakin dalam.


Pada suatu senja yang dingin, di tengah perjalanan tanpa arah, Raka menemukan sebuah buku harian tua yang tertinggal di sebuah kafe kecil di tepi jalan. Dengan hati-hati, ia membuka halaman pertama, dan di sana ia menemukan tulisan tangan yang sangat ia kenal. Itu adalah milik Arini.


"Lepaskanlah jejak hari ini, dan kejarlah mimpi esok," tulis Arini. "Hidup bukan tentang menunggu di masa lalu, tapi tentang berlari menuju masa depan, meski jalannya tak selalu jelas."


Air mata mengalir di pipi Raka saat ia membaca kata-kata itu. Ia menyadari bahwa selama ini, ia terlalu terfokus pada masa lalu, pada jejak yang telah hilang, hingga ia lupa untuk melangkah ke depan. Arini tak pernah benar-benar meninggalkannya; ia hanya mengajarkan Raka untuk menemukan jalannya sendiri, untuk mengejar mimpi dan harapan yang baru.


Dengan hati yang lebih ringan, Raka menutup buku itu dan bangkit dari tempat duduknya. Hujan masih turun, namun kini ia tak lagi merasa terhimpit oleh kenangan. Ia tahu, di setiap langkahnya, jejak baru akan tercipta, dan ia siap mengejar apa yang ada di hadapannya.


Senja itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Raka tersenyum. Ia menyadari bahwa jejak langkahnya tak lagi tertinggal di belakang, melainkan terus maju ke depan, menapaki hari-hari yang penuh harapan.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama