RASA 4: Pujian Diri

 

Puisi/Sajak

Bersyukur atas Diri

Oleh Reni

Di kanvas jiwa, terlukis warna-warni

Keunikan diri bagai pelangi nan menawan

Di cermin jiwa, kulihat bayangan diri

Bukan semu ilusi, tetapi nyata dan sejati

 

Bagaikan bunga di taman, mekar menawan

Setiap kelopak punya cerita yang ingin diceritakan

Tak perlu bandingkan diri dengan yang lain

Karena setiap diri punya keindahan yang tak tergantikan

 

Aku bukan cerminan orang lain

Tapi diriku sendiri yang autentik

Berani tampil beda, penuh percaya diri

Menebarkan cahaya positif dari hati

 

Rasa syukur kupancarkan

Atas anugerah keunikan yang kupunya

Diriku berharga, istimewa, dan tak ternilai

Karya seni ciptaan Tuhan yang Mahakuasa



Manusia Indah

Oleh Faizah Khairunnisa


Kicau burung memenuhi telinga

Disertai hentak angin menerpa rupa

Hening menyelimuti tegapnya daksa

Sembari memandang hamparan luas di sana


Kucoretkan tinta ini untukku

Dari seorang insan dengan pilu membiru

Sebelum rasa aman memeluk ragaku

Yang mengukir senyum di bibirku 

Dan membuatku sadar akan indahnya diriku


Dua windu aku bertahan

Pujian diri tak pernah kulantunkan

Kini dengan mantap kukatakan

Aku adalah manusia yang indah



Gurindam

Oleh Salsa Nadita

Di penghujung hari, berterima kasihlah kepada diri sendiri.


Oleh Dina

Pujian diri hanyalah semata, tetaplah bijak dalam berpikir dan bertindak



Quotes

Oleh Salsa Nadita

"Terlalu fokus menyalahkan diri membuat kita lupa seberapa banyak bukit yang berhasil didaki"


Oleh Dina

"Pujian yang perlu dilontarkan adalah pujian kepada diri sendiri yang berhasil berjalan sejauh ini"



Cerpen

Di Balik Cermin

Oleh Marceldo Aditya Melwin


Di suatu desa yang tenang, hiduplah seorang pemuda bernama Arman. Dia adalah seorang seniman berbakat yang menciptakan lukisan-lukisan indah. Setiap kali penduduk desa melihat karya-karyanya, mereka akan memujinya tanpa henti. “Lukisanmu seperti hidup, Arman!” kata mereka. Arman sangat bangga dengan dirinya sendiri dan merasa bahwa tidak ada yang bisa menandingi bakatnya.


Namun, di balik semua pujian yang diterimanya, Arman selalu merasakan kekosongan. Dia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu hari, saat sedang melukis di tepi sungai, dia bertemu dengan seorang kakek tua yang aneh. Kakek itu mengenakan jubah lusuh dan membawa sebuah cermin kecil.


Kakek tua itu mendekati Arman dan berkata, “Nak, maukah kau melihat cermin ajaib ini? Ia akan menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya.”


Arman tertarik dan mengangguk. Kakek itu menyerahkan cermin tersebut kepada Arman. Ketika Arman melihat ke dalam cermin, dia tidak melihat wajahnya sendiri. Sebaliknya, dia melihat seorang pemuda yang penuh dengan keraguan dan ketakutan. Arman terkejut dan bertanya, “Mengapa aku melihat ini? Aku selalu dipuji dan dihargai!”


Kakek itu tersenyum dan menjawab, “Pujian itu seperti pelangi, indah tetapi sementara. Yang benar-benar penting adalah bagaimana kau melihat dirimu sendiri. Cermin ini menunjukkan hatimu yang sebenarnya.”


Arman terdiam sejenak, lalu bertanya, “Bagaimana aku bisa mengubah apa yang ada di dalam cermin ini?”


Kakek itu menjawab, “Kau harus belajar memuji dirimu sendiri, tetapi bukan hanya dari apa yang orang lain katakan. Hargai dirimu atas usaha dan kemajuan yang kaubuat, bukan hanya hasil akhirnya. Cobalah untuk melihat kebaikan dan keindahan dalam dirimu yang mungkin belum pernah kausadari.”


Setelah kakek itu pergi, Arman mulai merenungi kata-katanya. Dia mulai menulis diari tentang setiap langkah kecil yang dia capai setiap hari. Dia belajar untuk menghargai prosesnya, bukan hanya hasil akhirnya. Setiap kali dia merasa ragu, dia akan melihat ke dalam cermin itu lagi, dan perlahan-lahan, bayangan di cermin mulai berubah. Dia mulai melihat seorang pemuda yang penuh dengan keyakinan dan kebahagiaan.


Lama-kelamaan, Arman tidak hanya menjadi seniman yang lebih baik, tetapi juga manusia yang lebih baik. Dia belajar bahwa pujian diri yang sejati bukanlah tentang apa yang orang lain katakan, tetapi tentang bagaimana kita melihat dan menghargai diri kita sendiri.


Dan di desa yang tenang itu, Arman menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bukan hanya karena lukisan-lukisannya yang indah, tetapi juga karena kebijaksanaan dan kebahagiaan yang terpancar dari dirinya. Mereka yang pernah memujinya sekarang melihat perubahan dalam dirinya dan memahami bahwa pujian diri adalah kunci kebahagiaan yang sejati.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama