Kabut asap tebal sedang melanda Kota Padang dan sekitarnya. Kabut asap ini disebabkan oleh kebakaran lahan yang terjadi di sejumlah lokasi di sekitar kota, hingga memicu kekhawatiran akan dampak kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Sumber : detik.com |
Berdasarkan data BMKG Minangkabau pada 4 Oktober 2023, terdapat 24 titik api di Sumatera Barat. 21 titik api tersebut diantaranya kebakaran lahan di Kabupaten Pesisir Selatan, satu titik di Kabupaten Limapuluh Kota, dan dua titik di Kabupaten Pasaman. Melihat situasi tersebut, Wali Kota Padang Hendri Septa mengimbau masyarakat untuk memakai masker.
"Mengurangi dampak Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) kami mengimbau warga untuk mengenakan masker saat berada di luar rumah," ujarnya, Rabu (4/10/2023). Ia mengatakan, kabut asap akan mudah menyerang lansia, anak-anak, ibu hamil, dan kelompok rentan. Oleh karena itu, ia mewanti-wanti kelompok rentan untuk tidak ikut beraktivitas di luar rumah terlebih dahulu.
Sejak kabut muncul di Padang, banyak warga yang terpapar. Seringkali warga menderita flu, batuk dan iritasi. "Kenakan masker seperti masker bedah atau masker berstandar N95, KN95, KF94," katanya melalui keterangan tertulis yang dikutip pada Kamis, (5/10/2023).
Sejak beberapa hari terakhir, kabut asap yang tebal telah menyelimuti Padang dan sekitarnya, mengurangi visibilitas dan kualitas udara. Penyebab utama kabut asap ini adalah kebakaran lahan yang meluas di wilayah hutan dan lahan pertanian. Kemudian hal tersebut menjadi semakin parah akibat kondisi cuaca yang kering dan angin kencang.
Dalam beberapa hari terakhir, pihak berwenang dan petugas pemadam kebakaran telah berjuang keras untuk memadamkan api, namun usaha mereka terhambat oleh kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Sebagian besar api masih sulit dijinakkan, dan hembusan angin terus membawa asap ke arah Kota Padang, mengakibatkan kualitas udara semakin buruk.
Dampak kualitas udara yang buruk telah memicu peringatan dari otoritas kesehatan, yang mengimbau warga untuk menghindari aktivitas luar ruangan dan menggunakan masker wajah jika perlu keluar rumah. Peningkatan jumlah partikulat dalam udara dapat berdampak negatif pada sistem pernapasan, khususnya pada anak-anak, lansia, dan individu dengan masalah kesehatan yang sudah ada.
Pemerintah setempat juga telah menginstruksikan sekolah-sekolah untuk menutup sementara guna melindungi siswa dari paparan kabut asap yang berbahaya. Selain itu, upaya evakuasi dan penyediaan bantuan bagi warga yang terdampak telah dilakukan oleh pihak berwenang.
Saat ini, semua pihak berharap turunnya hujan dapat membantu memadamkan api dan membersihkan udara dari kabut asap yang meresahkan. Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pencegahan kebakaran hutan serta lahan, untuk melindungi kesehatan masyarakat dan keanekaragaman hayati.
Melisa Angraini
Magang Divisi Penelitian & Pengembangan
UKPM Pena KM FKM Unand
Posting Komentar