Cerita Baru yang Dikenang
Oleh Someone
Aku adalah seorang yang cukup sensitif terhadap sekitar, disebut juga peka. Namun, tidak ingin dibilang sok tahu. Jadi, aku lebih memendam banyak hal. Aku tidak sadar, kalau sikapku ini akan berujung pada penyesalan.
"D-dia menenggelamkan diri di Sungai Han," ujar seorang siswa. Rupanya dia satu sekolah denganku.
Tentu saja, aku mencoba melihat, siapa yang melakukan hal demikian? Saat ku tahu, itu siswi yang sekelas denganku. Dia … Fina yang selalu membuat keributan di hidupku. Tapi aku tak mempermasalahkannya. Dia yang selalu bercerita banyak hal, sampai hal ter-random sekalipun. Namun, aku tidak sadar, kalau leluconnya di hari itu adalah tanda kepergiannya.
"Fina, maaf. Seharusnya aku lebih awal menyadarinya, seharusnya aku bertanya, dan seharusnya kita pulang bersama. Ini … ini pasti bisa dicegah," Penyesalanku tidak sebanding dengan lukanya.
"Jika aku di posisimu, tidak. Jika aku bertemu dengan seseorang sepertimu. Aku harap, aku bisa mengurangi beban pikirannya. Meski sedikit saja." kataku dengan pelan, saat berada di rumah duka hari itu.
Ungkapan negatif selalu bisa menghilangkan kepercayaan seseorang, entah itu pada diri sendiri ataupun orang lain. Di kisah selanjutnya, aku ingin lebih percaya pada diriku, dan bukti-bukti yang menyertai, sehingga tak terjadi hal serupa.
"Della, ke Kantin yuk! Ada siomay mang Ojan,"
"Eh sebentar, Ra. Dikit lagi selesai."
"Eh sebentar, Ra. Dikit lagi selesai."
"Oke, cepetan nulis ceritanya. Jangan lama-lama, nanti kehabisan lagi!" celetuknya.
"Iya, bawel nih Rachel!"
"Hehe …."
Puisi
Suatu Hari
Oleh Bintang yang Dirindukan
Kelabuku sudah sirna, digantikan gemerlap cahaya.
Aku bangkit merajut asa, meninggalkan luka lama.
Aku, seorang pujangga dengan kisahnya.
Menitik kehidupan, tersirat rasa yang tercipta.
Hari yang semula kelabu, tampak berwarna.
Lebih gencar 'tuk terus berjuang gampai cita.
Semangat yang terpatahkan, kembali ke pangkuan.
Kini, ku enggan meninggalkan sejuta harapan.
Posting Komentar