Tema: Hangatnya Keluarga
QUOTES
“Tidak perlu kemewahan,
tidak perlu kekayaan, kehangatan dalam keluarga lah yang paling membahagiakan,
tidak dapat terukur luasnya. Jangan beri
ruang untuk penyesalan. Sebab belum tentu ada hari esok”
-Annora Febrianti-
SENANDIKA
Eksklusif Momen
Karya: Adisty Fadhilah Pohan
Perjalanan waktu
perlahan mengantarkan setiap insan akan berubah. Sebuah keluarga tak terelakkan
mengalami hal yg serupa. Umur, pendidikan, karir dan kesibukan lainnya juga hal
yg terlibat. Hangatnya suatu rumah akan mengalami perubahan.
Tak pernah
terpikirkan sebelumnya tentang hal itu hingga aku mengadu nasib di kota orang.
Lima tahun lalu, rasa hangat dalam
sebuah keluarga selalu raga dan batin ini terima 24/7 dalam 365 hari. Kini,
rasa itu hanya bisa aku nikmati di waktu-waktu tertentu.
Kepulangan ke
kampung halaman menjadi momen yang aku tunggu. Di sudut muka bumi yang lain,
ada rasa hangat yang menunggu untuk aku hampiri. Dan di waktu yang tepat aku
kembali menginjakkan kaki di "Kota Idaman". Begitu kata orang-orang.
Di daun pintu,
ibu dan ayahku menyambut dengan nangis dan harus setiap kepulanganku dan
saudara-saudaraku. Kehangatan itu kembali dan aku rekam dalam memori ingatan
sebagai pengingat dan penguat bagiku ketika jauh dari mereka.
CERPEN
Kehangatan Keluarga
Karya: Dhea Amelia
Aku
mematut diri di depan cermin, berulang kali menyisir rambut panjangku agar
tampak rapi. Diana, teman sekelasku tiba-tiba mengajakku untuk pergi makan
malam bersama keluarganya. Teringat ajakannya lusa kemarin yang membuatku cukup
terkejut. Aku menanyakan alasan mengapa mengajakku untuk makan malam bersama,
katanya itu hanya perayaan kecil karena ia berhasil memiliki teman sepertiku.
Aku semakin tidak mengerti, kenapa begitu senang memiliki teman sepertiku? Aku
selalu bertanya-tanya setelah ajakan tersebut.
Berbeda
dengan Diana, aku bukan berasal dari keluarga yang berada. Setiap malam harus
berbagi kasur dengan adikku untuk tidur. Saat musim hujan pun aku harus sibuk
menalangi tetesan hujan yang berasal dari atap bocor dengan ember dan bakom
agar rumahku tidak tergenang air. Aku tidak pernah mengajak temanku main ke
rumah karena tidak ingin temanku mendengar adu mulut antara bapak yang
pengangguran dan kecanduan judi dengan ibu yang bekerja sebagai pembantu
setengah hari. Hidupku sangat berbeda dengan Diana.
Aku
menghela napas kemudian mengecek ponsel, memastikan apakah ojek online
yang aku pesan untuk mengantarkanku ke rumah Diana sudah sampai atau belum.
Sembari menunggu, aku memakai sepatu yang paling sering kupakai ketika main
keluar. Tanpa berpamitan dengan bapak, aku langsung menaiki ojek yang baru
sampai tidak lama setelah sepatuku terpasang.
Sepanjang perjalanan aku terus
memikirkan apa yang harus aku katakan begitu sampai di sana. Bagaimana jika
perkataanku menyinggung perasaan orangtua Diana. Pikiran-pikiran itu membuatku
makin gugup dan jantungku berdegup keras.
Tak lama kemudian, aku pun sampai di
rumah Diana. Diana menyambutku di teras rumahnya dengan penuh senyuman,
membuatku yang awalnya gugup menjadi lebih santai. Ibunya Diana langsung
mengajakku untuk langsung masuk ke ruang makan. Disana aku bertemu dengan
ayahnya Diana. Aura yang dipancarkan oleh ayahnya Diana sangat berbeda dengan
bapak. Tutur kata beliau juga sangatlah halus, tidak seperti bapak yang tutur
katanya kasar hingga dapat menyayat hatiku.
Tidak lama kemudian, makanan
disajikan di atas meja. Aku terpaku sejenak melihat menu makanan yang tampak
terlihat seperti makanan restoran. Aku tidak pernah makan makanan rumah semewah
ini di sepanjang hidupku. Aku makan dengan lahap sembari mengobrol dengan Diana
dan kedua orangtuanya.
Diam aku sedikit termenung
memperhatikan Diana dengan orangtuanya yang sedang mengobrol asik sembari
diiringi canda tawa. Kapan aku bisa mengobrol di atas meja makan dengan makanan
seenak ini bersama orangtuaku? Kapan aku bisa merasakan kehangatan canda tawa
yang dilontarkan dari obrolan orang tuaku seperti halnya yang dilakukan
orangtua Diana?
Air mata menumpuk di ujung mataku,
namun aku tahan. Aku tidak boleh terlihat menyedihkan dihari bahagia temanku.
Diam-diam aku mengepalkan tangan di bawah meja, menyemangati diri agar tidak
bersedih. Dalam hati, aku menguatkan tekad untuk dapat membawa kehangatan
seperti ini di keluargaku kelak.
PUISI
Kehangatan yang Kurindukan
Karya: Yusrena
Kupandang sinarnya sang
rembulan
Dingin angin malam menusuk
tulang
Tak gentar, menunggu sendiri
dengan patuh
Sebuah dekapan hangat yang
selalu kurindu
Kuingat..
Kala ‘ku bersandar di
lututmu
Kau usap kepalaku, kau
dendangkan lagu tidurmu
Lelapku ditemani kehadiran
dirimu
Oh, begitu tentram
Jauh dari kejamnya dingin
malam
Apabila aku datang kembali
Kupinta satu permintaan saja
Jangan bangunkan aku,
biarkan aku tinggal sesaat
Aku ingin tidur tenang
Ingin bergelung dalam hangat
Barang sekejap saja
Posting Komentar