Tema
“Kembali Fitri”
PUISI
Puasa Terakhir
Karya : Zerly Affi Walti
29/30 hari menjalankan puasa
Menahan lapar dan dahaga
Tebarkan senyum dengan suka cita
Terasa bahagia, tiada tara
29/30 tidak ada apa-apa
Bila tidak diisi dengan kebaikan
mulia
Lebaran telah tiba
Silaturahmi bersama sanak saudara
QUOTES
“Beberapa
kata pernah membuat luka, lisan serta sikap yang tidak terjaga, dan hati yang
sering salah prasangka. Jika Idul Fitri adalah lentera, maka izinkanlah membuka
takbirnya dengan maaf karna tiada kesucian menjadi sempurna tatkala masih ada
rasa kebencian yang tertanam dalam jiwa. Minal Aidzin Walfaidzin Mohon Maaf
Lahir dan Bathin, dan akhir kata Selamat Idul Fitri untuk kita semua”
-Shinta
Bella-
“Idul
fitri menyapa lagi, membawa diri menuju fitri. Diajarkan untuk memaafkan lalu
diingatkan untuk selalu berbuat baik. Memang benar ternyata, hidup dalam
limpahan fitri dan ikhlas sangatlah damai”
-Alfarel Huzri-
SENANDIKA
Samudera
Ampunan-Nya
Karya :
Fitri Dini Aulia Sari
Kegelapan
masa lampau, dikala diri merasa berkuasa dan berani. Menindas siapa saja yang
lemah, siapa saja yang tidak bisa membalas bahkan berkutik sedikitpun atas apa
yang kuperbuat. Rendah dan hina kuakui itulah diri ini. Sang pencipta begitu
pemurah telah memberi petunjuk kepadaku. Masalah demi masalah yang kulalui
justru membawa petunjuk bagiku. Kusungkurkan tubuh ini, bersujud, menyesal, dan
memohon curahan ampunan-Nya.
Suasana Baru
Karya : Zerly Affi Wati
Sumatera jadi tempat perantauan aku
yang dari Jawa. Di pisahkan oleh pulau, dengan orang tua dan adik-adik disana.
Tujuan menuntut ilmu dengan cita-cita yang mulia. Tidak bisa berjumpa, dalam
waktu yang cukup lama, hanya bermodal video
call bersama mereka. Ramadhan kali ini terasa berbeda, tanpa kehadiran
mereka. Tapi aku masih bisa bersyukur, bertemu dengan mereka yang t'lah lama
tak jumpa. Terima kasih. Semoga, aku masih bisa bertemu di Ramadhan berikutnya.
CERPEN
Titik
Balik Kepribadian
Karya
: Fitri Dini Aulia Sari
Orang-orang
menilaiku anak yang ngga asik, tapi semua sudah menjadi perhitunganku sedari
awal. Sejauh ingatanku, semua ini berawal di masa sekolah dasar dulu.
"Hai
Senja, bagaimana hari ini, pelajaran di kelasmu aman?", begitulah cara
kami saling memulai cerita sepulang sekolah.
"Semua
cukup baik, tapi rasanya ingin sekali pergi berlibur, tapi entah kemana",
ungkap Senja dengan lesu.
"Oh,
kalau begitu ayok kita pergi berlibur bersama, ibuku mengajak ke pantai di
akhir pekan. Engkau mau ikut tidak?", ajakku semangat.
"Wah,
iyadeh, aku mau kalau tidak merepotkan", pungkasnya.
Haripun
berlalu dan akhirnya akhir pekanpun tiba dan aku pergi ke pantai bersama Ibu.
Betapa disayangkan, aku lupa untuk kembali mengajak Senja bermain di pantai.
Sepanjang sore aku berbahagia bersama Ibu dan saat pulang barulah aku tersadar
perihal Senja.
"Ya
ampun, bukannya aku mengajak Senja. Aduuh, bagaimana ini.", ucapku penuh
resah.
Sesampainya
di rumah, Ayah langsung menyampaikan kabar kepadaku.
"Senja
temanmu itu sore tadi kesini, Nak. Dia tidak berkata ada urusan apapun, tetapi
tampaknya dia berpakaian rapi daripada biasanya. Dia menanyakanmu dan langsung
pulang setelah itu", ungkap Ayah padaku.
"Baik
Ayah, aku akan menemuinya besok di sekolah", tutupku.
Keesokannya,
aku menemui Senja untuk meminta maaf. Belum satupun kata terlontar dari
bibirku, Senja langsung membuatku terdiam seribu bahasa.
"Ooh
begini sifat engkau Mentari, aku kira kita bisa berteman sampai kapanpun,
ternyata aku tidak bisa lagi mempercayaimu", Senja berlalu dan tidak
pernah lagi menyapaku.
Perjalanan
ini menguak arti penting kepercayaan bagiku, tak akan kuulangi lagi
kesalahan-kesalahan yang memutus suatu hubungan antara aku dengan entah
siapapun nantinya. Cukup ini menjadi satu-satunya persahabatan yang kuhancurkan
dan jikalau bisa, ku ingin engkau kembali bersamaku teman, maafkan aku.
Sekarang
aku tidak peduli meski hanya memiliki sedikit teman, tetapi dengan sekuat yang
kumampu akan selalu aku jaga kepercayaan mereka kepadaku. Ajakan untuk memutus
hubungan terhadap sahabatku, tak akan mampu mempengaruhiku, barang dengan
kemewahan sekalipun.
Posting Komentar