·
POJOK INFO
G30S PKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk
menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi
negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan
ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Singkatnya, pada 1 Oktober 1965 dini
hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal
Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI.
Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia.
Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya.
Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya. Adapun korban dalam
peristiwa ini yaitu Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral Raden
Soeprapto, Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jendral Siswondo Parman,
Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo.
Pada tahun 1984, film dokudrama propaganda tentang
peristiwa ini yang berjudul
Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI resmi dirilis.
Film ini diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara yang saat itu dimpimpin
Brigjen G. Dwipayana yang juga staf kepresidenan Soeharto dan menelan biaya
sekitar 800 juta rupiah.
Mengingat latar belakang produksinya, banyak yang
menduga bahwa film tersebut
ditujukan sebagai propaganda politik. Apalagi di era
Presiden Soeharto, film tersebut menjadi tontonan wajib anak sekolah yang
selalu ditayangkan di TVRI tiap tanggal 30 September malam.
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-4726786/seputar-g30spki-peristiwa-penting-dalam-sejarah-indonesia
Intan Berliana Marianda
Tanggal-Tanggal Penumpasan PKI dalam peristiwa G30S
PKI
1. Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G30S/PKI dimulai sejak tanggal 1
Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat
direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu
pasukan Kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar
Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2. Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma
diserang oleh satuan RPKAD di bawah
Komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah
Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00
siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai
oleh TNI – AD.
3. Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan
RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang
Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk
Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil
melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut di bawah
ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya
pada tanggal 3 Oktober 1965 ditemukan tempat para perwira yang diculik dan
dibunuh tersebut. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang
bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian
dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya
dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB
hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan
disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira
setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fisik
yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia
betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum
wafat.
5. Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI –
AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Pada tanggal 6 Oktober, dengan
surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para
perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan
Revolusi
Sumber : https://analisaaceh.com/g30s-pki-peristiwa-penting-dalam-sejarahindonesia/
Areta
Ardiningrum
·
POJOK TIPS
Cara
Agar Tidak Melupakan Sejarah G-30S/PKI Bagi Generasi Zaman Now
Globalisasi membawa
perubahan gaya hidup. Terutama bagi generasi milineal zaman now (sekarang).
Pesatnya perkembangan teknologi membawa arus informasi demikian cepatnya.
Sesuatu yang baru menjadi incaran. Akan tetapi berita, sejarah, cerita yang
telah lampau menjadi sebuah masa lalu yang enggan untuk dijamah. Padahal dari
sejarah kita dapat memetik hikmah dan pelajaran berharga. Meminjam istilah
Presiden RI Pertama, Ir Soekarno, yang mengatakan jangan sekali-kali melupakan
sejarah (Jas Merah). Bahkan kitab suci Al-Qur’an, sebagian besar isinya adalah
sejarah. Sejarah G-30S/PKI patut kita ketahui dan dikenang. Pesan moral yang hendak disampaikan pada
generasi muda Indonesia agar terus menegakkan kejujuraan, keadilan dan
kebenaran. Terdapat hikmah dan pelajaran yang luar biasa dari peristiwa
Penghiatan G-30S/PKI.
Salah
satu caranya dengan menonton film G-30S/PKI. Pesan moral yang akan disampaikan melalui audio visual
menonton film ini akan cukup memberikan hasil positif. Pada film ini cukup
memberikan gambaran kronologis latar belakang sejarah di balik peristiwa
tersebut. Generasi muda akan lebih
tertarik dan meningatnya lebih lama melalui film sehingga akan meningkatkan
penegtahuan tentang sejarah Indonesia yang sangat berarti ini. Aksi-aksi
kekejaman PKI sebelumnya dalam sejarah Indonesia juga dimunculkan dalam film
ini. Antara lain, ketika ribuan orang PKI menyerang jamaah seusai sholat subuh
dan menginjak-injak kitab suci Al-Qur’an di sebuah Islamic
Center di desa Kanigoro, Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Januari
1965. Kemudian dilanjutkan dengan bukti klipingan koran yang memberitakan
beberapa tindakan sadis PKI di beberapa wilayah di Indonesia. Latar belakang sosiologis juga cukup digambarkan dalam
film ini. Mulai dari kemiskinan yang melingkupi sebagian besar rakyat
Indonesia. Digambarkan dengan antri membeli minyak tanah dan kelangkaan beras
melalui dialog salah satu keluarga. Kondisi sakitnya Ir. Soekarno pemimpin
besar revolusi yang juga Presiden pertama Indonesia pun digambarkan
secara gamblang dalam film tersebut. Tim medis dari RRC dalam salah satu
dialog dengan D.N. Aidit, hasil analisis medisnya menyimpulkan sakit Bung Karno
dengan dua kata singkat, yakni dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian. D.N.
Aidit ini dalam film ini kemudian dikenal sebagai lakon utama di balik
peristiwa Pengkhianatan G 30 S PKI dan terbunuhnya para Pahlawan Revolusi.
Selain menonton film G-30S/PKI, generasi muda juga dapat
mengakses informasi tidak hanya dari buku sejarah melainkan melalui internet
dan sosial media yang disajikan semenarik mungkin, sehingga generasi muda dapat
membacanya tanpa rasa bosan, dimana dan kapan saja generasi muda inginkan. Hal
ini dapat diterapkan agar generasi muda tidak ketinggalan terhadap sejarah
penting Indonesia dan menerapkan pesan moralnya.
Sumber : https://suarabaru.id/2018/10/01/jurus-melawan-lupa-g-30-s-pki-bagi-generasi-zaman-now/
Andini Febrian
·
POJOK SASTRA
Sumber: https://katacintame.blogspot.com/2018/01/kumpulan-puisi-penghianatan-g-30-s-pki.html?m=1
Dwi
Fachraeni
·
POJOK HUMOR
SANA MAKAN!
Tidak selalu ABRI menggunakan senjata untuk
menaklukkan musuh.
Misalnya saja ketika mereka berusaha merebut kembali
RRI Semarang yang waktu itu sempat diduduki komplotan Gestapu.
Sementara RRI mengumandangkan siaran-siaran yang
disponsori PKI, salah seorang penjaga bersenjata di luar gedung RRI sudah mulai
lesu.
Seorang anggota ABRI mendekatinya, lalu menegur,
"Bertugas, Bung?"
“Ya," jawabnya.
"Sudah makan?"
"Belum."
"Sana makan dulu di belakang.
Kumpulkan dan ajak kawan-kawan yang lain."
Si penjaga langsung beranjak dengan
mengajak kawan-kawannya.
Pada saat itu juga kesatuan ABRI segera menyergap dan berhasil melucuti senjata
mereka tanpa mendapat perlawanan sedikit pun.
HAUS
Taktik memang kadang-kadang lebih
ampuh daripada perlawanan langsung.
Misalnya saja ketika Brigjen Surjo
Sumpeno yang waktu itu Pangdam VII Diponegoro didatangi seorang kapten yang
berkata, "Jenderal, mulai sekarang, Jenderal ditahan."
"Tahan boleh saja, tapi saya
haus. Coba, tolong ambilkan teh dulu," sahutnya.
Maka pergilah si kapten mencari teh
dan Brigjen Surjo Sumpeno memanfaatkan kesempatan itu untuk meloloskan diri.
Beberapa waktu kemudian sebuah
batalyon dan pasukan taruna AMN (sekarang AKABRI) di bawah pimpinan sang
brigjen bergerak membebaskan Yogya dan kemudian Solo.
GARA-GARA KNALPOT
Sebuah truk melewati istana kepresidenan di Cipanas.
Satuan Cakrabirawa yang bertugas menjaga istana
mengira mendengar tembakan.
Mereka membalas sambil tak lupa memadamkan penerangan
di istana.
Satuan-satuan angkatan darat yang bertugas mengawasi
istana tersebut agaknya mengira tembakan itu diarahkan kepada mereka.
Maka mereka pun membalas menembak ke istana.
Untunglah beberapa anggota satuan AD berinisiatif
merangkak mendekat ke istana untuk menanyakan duduk perkaranya
Siapa sangka yang semula
dikira tembakan oleh pasukan Cakrabirawa adalah letupan-letupan knalpot bocor
dari truk yang tadi lewat
GROGI
Jam malam ternyata kurang cocok untuk orang-orang yang
gampang grogi.
Ini dialami oleh seorang petugas (tidak disebutkan
petugas apa) ketika ia melewati pos penjagaan.
"Batu," penjaga yang bersenjatakan bedil
menyapanya.
Si petugas sadar betul bahwa ia harus menyahut dengan
kata sandi tertentu.
Tapi apa, ya? Padahal ia tak mempunyai pas malam.
Keringat dingin mulai mengucur.
"Batu," penjaga berteriak.
Ia belum juga ingat.
Penjaga memberinya kesempatan satu kali lagi dengan
meneriakkan, "Batu!"
Si penjaga nekat saja menjawab, "Genteng."
Kontan ia diciduk, karena yang betul hanya huruf
awalnya saja. Kata sandi yang harus diucapkannya malam itu adalah,
"Gading".
Syukurlah, usut punya usut, akhirnya ia dibebaskan
juga.
Masalah semacam inilah yang membuat petugas-petugas malam
yang gampang grogi membuat contekan di telapak tangannya.
Memang kerahasiaannya jadi berkurang, tapi apa boleh
buat?
Latifa
Zapista
·
POJOK QUOTES
"
Tidak ada kematian yang sia sia, begitu juga dengan kematian pahlawan kita di
tanggal 30 September, mereka mati atas nama bangsa indonesia"
Sumber
: https://daftar15.blogspot.com/2018/09/kata-bijak-g30s-pki-2018-quotes.html?m=1
Tasya
Zahrah S
“30
September. Perihnya luka menyayat pilu, tak terhitung darah yang mengalir
dimalam kelam itu, berdamailah di syurga pahlawanku, pengorbananmu akan menjadi
balas dendam terbaik untuk memadamkan jiwa pengkhianat di negeri Indonesia
ini.”
Yori
Aprila
Posting Komentar