Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing. Alasannya, masyarakat memang perlu menjaga jarak secara fisik dengan orang lain, namun mereka tetap membutuhkan interaksi sosial sebagai dukungan moral yang diperlukan dalam situasi darurat seperti ini, dengan bantuan teknologi seperti media sosial.
Mengapa physical distancing mendesak untuk dilakukan?
Penyebaran Virus Corona yang semakin cepat tak lagi bisa disepelekan. Jumlah masyarakat yang terinfeksi maupun yang mengeluhkan gejala bertambah, yang meninggal pun bertambah. Namun yang lebih memprihatinkan, tenaga medis mulai kewalahan menangani pasien yang jumlahnya meningkat secara berlipat. Satu per satu dari mereka dinyatakan positif, bahkan meninggal dunia. Pemerintah telah meliburkan sekolah dan mengimbau masyarakat untuk bekerja dari rumah sebagai upaya memberi jarak (distance) pada interaksi sosial, tidak keluar rumah kecuali karena alasan mendesak, dengan jarak berdiri minimal 1 meter. Karena itu, cara pencegahan yang paling mudah dan bisa dilakukan setiap orang adalah dengan melakukan physical distancing.
Physical distancing diyakini dapat memperlambat laju penyebaran Virus Corona sehingga jumlah pasien yang perlu ditangani oleh fasilitas kesehatan di negeri ini sesuai dengan kemampuan dan kapasitas rumah sakit, dokter, dan perawat. Kondisi ini populer dengan sebutan flattening the curve atau melandaikan kurva.
Pada kurva, jika tidak ada physical distancing maupun intervensi pemerintah, maka garis akan melonjak tinggi dengan cepat berbentuk bukit yang curam, hingga melampaui garis batas kapasitas rumah sakit dan tenaga medis. Artinya, jumlah pasien yang berada di bawah garislah yang kemungkinan akan dirawat. Sementara mereka yang di atas garis (yang jumlahnya jauh lebih banyak) akan kesulitan mendapatkan fasilitas sehingga kondisinya memburuk. Kematian adalah risiko terbesar. Meskipun garis melandai dengan cepat yang artinya kasus akan turun drastis dalam waktu singkat, namun dapat dipastikan korban tak tertolong akan lebih banyak.
Sebaliknya, jika masyarakat disiplin menahan diri untuk beraktivitas di rumah saja, maka laju penyebaran virus akan melambat. Meskipun dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi Virus Corona untuk mereda, setidaknya mereka yang membutuhkan perawatan dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dokter dan perawat pun dapat menangani pasien dalam kondisi fisik dan mental yang baik.
Lalu apa yang bisa dilakukan?
Sebisa mungkin tetap di rumah saja. Keluar rumah hanya jika ada keperluan mendesak seperti membeli obat atau makanan. Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan banyaknya akibat yang bisa terjadi, maka jangan sepelekan physical distancing. Lakukan demi Anda, keluarga, kerabat dan orang lain.
Source : https://kumparan.com/skata/physical-distancing-seberapa-penting-1t6y2Ye0N7l
Aulia Shalsabila
UKPM Pena BEM KM FKM Unand
Generasi Alpha
Posting Komentar