SEDIH
Oleh : Valda Yasmina Putri
Di suatu pagi nan cerah, hiduplah sepasang kekasih tua
yang tinggal di pinggiran kota. Dinginnya pagi menyelimuti gubuk itu. Mereka
adalah pak kasim dan bu inah. Beliau merupakan vetaran yang telah membantu
bangsa meraih kemerdekaan. Mereka hidup saling melengkapi satu sama lain, pak
kasim yang harus kehilangan sebelah matanya akibat peperangan dan bu inah
dengan penuh cinta merawat beliau.
Bu Inah :
Pak, mau makan naon pak?
Pak Kasim :
tak usah bu, uang kita tak cukup
Bu inah :
lalu gimana ini si bapak, kalau gak diisi perutnya nanti sakit
Pak Kasim :
gak papa toh bu, si ibu <3
Matahari menampakkan sosoknya di atas bumi menandakan pak
kasim harus pergi mencari nafkah. Sang bapak pergi ke kota untuk berjualan kue
yang dibuat oleh sang istri. Sementara itu bu inah akan berjalan keliling
kampung untuk berjualan. Terkadang laku kadang tidak, namanya saja usaha,
layaknya roda akan ada saatnya diatas dan ada saatnya dibawah.
Pak kasim datang ke kota bertepatan dengan adanya acara
olahraga yang mengundang banyak negara. Pak kasim melihat peluang kalau jajanan
nya akan laku. Senyum lebar dari bapak dan dengan hati gembira bapak
menghampiri orang-orang yang akan pergi menonton. “makanannya dek, buat bekal
didalam”ujar pak kasim. Hanya saja, tak banyak yang menghargai pak kasim.
Adapula yang menghina beliau “ih bauk”, “ih jijik”, dan sebagainya. Tergores
hati beliau mendengar itu. Beliau hanya menjual kue dan beliau mendapatkan kata
pahit. Akan tetapi beliau tegar, dan tetap berjualan.
Ketika matahari lelah dan ingin tidur, pak kasim pulang
ke rumah. Sesampainya dirumah beliau disambut oleh istri tercinta dengan teh
panas. Beliau sengat bersyukur diberi pendamping yang sangat setia seperti bu
inah. Bergenang air mata di pipi keriputnya.
Bu inah :
kenapa pak?
Pak Kasim : gak papa, bapak terharu saja
Bu inah :
terharu kenapa? Apa dagangannya gak laku?
Pak kasim :
alhamdulillah laku bu. Bapak terharu karena ibu masih mau mendampingi saya yang
bau dan tidak sempurna ini :’)
Bu Inah : Kenapa bapak bicara seperti itu pak?
Pak kasim : di tempat
bapak berjualan, bapak dihina seperti itu
Pak
kasim menceritakan semua yang dia alami seharian di tempat berjualan. Tergores
hati lembut bu inah mendengarnya lalu bu inah berkata pada pak kasim “sabar
pak” kata bu inah. Perkataan mereka sudah di nodai pertukaran zaman. Tidak
heran lagi beliau mengapa mereka seperti itu. Mereka sudah tercemar oleh budaya
luar yang negatif.
Pada
hari pertandingan, bapak kembali lagi kesana untuk berjualan kue. Sang bapak
bangga melihat prestasi yang direbut oleh bangsa ini. Walau dalam hati beliau
gundah karena apresiasi yang diberikan pada mereka melebihi apa yang ia dapat.
Dalam hati beliau bertanya-tanya apakah saya dilupakan?.
Beliau
pun pulang menyusuri jalan perkotaan dan melihat banyak sekali tindakan tidak
etis. Dia juga melihat banyak sekali orang-orang yang dia percaya memimpin
malah mengingkari janji akibat buta akan harta. Beliau pun mendengar bahwa
hutang negara sangat banyak, tetapi mereka memberi imbalan pada petarung
olahraga sangat luar biasa.
Esok nya pria tua itu menulis surat pada salah satu
siaran televisi. Beliau ingin sekali menyadarkan anak bangsa. Dia sangat sedih
melihat bangsa ini begitu keji dan egois.
Posting Komentar